Couse we live in the real world..

Latest

Freelance? Why not?

What’s on your mind, when you hear a word “freelance“?
Not so attached?
Independent?
Easy come, easy go?
Highly paid?

Some of these were right, but some is not.
1. Not attached
Yes. We, freelancer, work as our own name, our own self brand. Good or bad your work is depends on yourself.
We don’t have company name behind us to protect us, if something goes wrong. Fair enough?

2. Independent
Yes, and no. Yes, back to point one.
No? I thought that being a freelance (as freelance consultant), we must work on our own. We become expertise on our module, with no help from anyone. Wrong. As my experience being a freelance, I still have a lot of friend to discuss with, including my office colleague, whose eagerly helping one another if there are any technical issues. And also, Mr Google will happily help us, anytime, for free. ๐Ÿ™‚

3. Easy come, Easy go.

Yes.

Not performing good enough? End of story.

Freelancer is often bound to a contract, which is project specific. And project must have a fixed timeline, we can say 6 – 12 months. Or even two weeks. ย After the project ends? Done. We must find another rice field to work in. And this is kinda frustrating.

4. Highly paid.

Wait, this will be a though discussion. First, freelancer is paid based on their experience. We’ve heard people paid $300 – $1000 per day for being a freelance. If you’re experienced enough, it could be. But, take a closer look. Freelancer don’t have any allowance, health insurance, transport reimbursement, hotel voucher, etc.

And freelancer is often daily paid. So, when you’re on sick leave, family matters, or anything that make you couldn’t come to project, then, no payment. As simple as that. Take a day leave, to go for some occasion, while counting some dollars you miss? That’s not so fun.

_____

So? Thinking about being a freelancer?

Happy New Year

2010 has passed, like a blink of eye.
How’s your life going? Have you done the best for yourself, have you do something good for people you love? Hopefully.
I don’t make any resolution for this ‘bunny’ years. My resolution is still the same as last year : Do what I like, Do what I can do best, and share love and happyness. Yes, happyness, with an ‘Y’ instead of ‘I’.
Then, what I want most? Simple, I would continue my life as a professional consultant, travel more, spread my creativity as a photographer, and maybe, find my love ๐Ÿ™‚

Here I share some fireworks I caught at Bundaran Hotel Indonesia, at New Year Eve. Thanks to Melysa as helping me through the crowd, setting my equipment. Without her, maybe I just sitting on my room that night. Hahaha

ENJOY! Happy New Year!!

Windy Blue
There is a strong wind when I took this photo, makes the spark dragged a bit by the wind.

Flower
I’m suprised when I catch this big perfect spark. With a slight wind, making a windy effect.

Burst
A constant burst of a hand-held fireworks

Crowd
A huge crowd gathered at Bundaran Hotel Indonesia. Finding a free amusement of fireworks party.

Vintage
Vintage toned fireworks.

Colorful
Final fireworks, at the second of years change.

Antara Gw, Guinness, dan Billyar

Buat yang suka bir kaleng, rasanya, paling nggak, pernah dengar Guinness, merek terkenal asal Irlandia yang memiliki lapisan creamy tebal jika dituang. Tadinya gw kira Guinness adalah birnya bapak-bapak, karena sejauh ini belum pernah lihat kalengnya dijinjing oleh yang semumuran gw. Tapi, di event yang gw datengin kemaren: World Series Of Pool (WSOP) di Taman Anggrek, lidah gw jadi ngeh kalo Guinness nggak cuma cocok di lidah bapak-bapak. Rasanya unik, kalo gw boleh bilang, Irlandia banget, pahit dan manis mirip kopi, dan pastinya bikin chill.

Pertemuan gw dan WSOP Guinness ini nggak sengaja, tidak direncanakan. Gw mampir ke Taman Anggrek untuk ketemu teman, terus ternyata dia lagi nongkrong di sana, nyobain billyar dengan bentuk pool yang, oh-gw-baru-sekali-lihat-aneka-pool-yang-bentuknya-aneh-gitu. Namanya juga unik-unik, ada High Way, Rock Climber, dan The Longest Pool Ever. Untuk nyobain beraneka pool, kita cuma diminta beli sekaleng Guinness yang harganya saat di sana dijual di bawah harga biasanya. Perfect. Sekalian icip, sekalian ikut main.

Gw mampir ke sana hari Jumat. Dan gw langsung memutuskan ke sana lagi besoknya Sabtu (31/07). Lama di sana bikin gw ngeh banget sama acara tingkat Internasional ini. Seperti yang pernah gw tulis di status Facebook, ini adalah turnamen tingkat Internasional pertama yang diadain di Indonesia. Jadi kemana aja ya Indonesia selama ini. Anyway, salut banget buat tim Guinness Indo yang udah nyelenggarain acara ini.

Yang bikin gw bangga juga adalah, pertandingan ini ditayangin oleh ESPN dan Star Sport. Dunia tau Indonesia! Dan memperhitungkan atlet-atlet Bilyard kita. Gw nonton Ricky Yang, pemain billyar 10 besar dunia asal Indonesia. Nonton Ricky main dengan penuh strategi, dan tentu saja melibatkan permainan mental, bikin gw kangen masa-masa nyodok bareng anak-anak kuliah waktu zaman di Bandung *pikiran melayang ke balakang*.

Acara WSOP ini diadakan selama 4 hari di Taman Anggrek Jakarta, tanggal 29 Juli sampai 1 Agustus 2010. Gw datang tanggal 30, 31-nya dan cukup gemes dengan apa yang terjadi di pertandingan. Tweet, foto, dan status update semua jadi penuh sama report acara ini saking gw excited-nya.

Dari pemantauan di timeline, Ricky, yang jadi jagoan gw, gagal melaju Final hari Minggunya. Tapi ada Irzal yang, nggak nyangka banget dan nggak banyak orang ngobrolin, malah melenggang mulus ke final, ketemu sama atlet Filiphina. Pertandingan tadi sore, live dari timeline twitter gw hehe, antara Irzal A. Nasution dari Indonesia melawan Jundel Mazon dari Filipina berlangsung menegangkan, sampai akhirnya Jundel Mazon berhasil keluar sebagai pemenang Guinness World Series of Pool 2010. Aaaaaah, gw agak kecewa sih karena bukan pemain Indonesia yang jadi pemenang, tapi tetap salut Irzal bisa bawa nama harum Indonesia sampai babak Final.

Fun yang tidak sengaja ketemu itu ternyata memang, fun. Lidah jadi icip rasa baru, mata jadi menyaksikan pertandingan yang bikin memori masa kuliah kembali, dan tentu saja gw sempet jepret sana-sini dan submit beberapa foto untuk dikompetisiin lagi oleh tim Guinness via facebok mereka (http://www.facebook.com/guinnessindonesia). Wish me win! J

Jawaban

thinking-pic

28 Februari 2009,

Ya, jawaban dari semua pertanyaanku aku dapat,

Sebuah fakta yang tak sama,

Semua keraguan yang tadinya aku tepis dengan sebuah senyuman,

Terjawab sudah.

30 hari setelah hari itu,

Aku rasa sudah cukup waktuku untuk semua ini,

Aku berjalan, aku melangkah,

Aku menengadah.

Terima kasih,

Telah membuatku melihat dunia,

Dalam warna yang berbeda.

Candlelight . .

20080514114739_candlelight1

aku duduk di sebuah gasebo yang terbuat dari susunan anyaman bambu,
sebuah rumah makan di daerah bandung atas yang berangin dan dingin,
dari situ bisa terlihat sebagian kota bandung, kerlip-kerlip, indah.
dia bersimpuh di sebelahku, dengan baju berlapis-lapis.
baju dia sendiri, jaket rajut tebal, dan jaketku yang kedodoran di pundaknya yang mungil.
geli aku melihatnya,
dasar wanita, pikirku.
mau berkorban apapun demi penampilan.

sore tadi, waktu aku jemput,
setelah aku dibuat menunggu 1 jam 20 menit di depan rumahnya,
aku melihat dia berdiri di pintu.
dalam balutan sackdress hijau, cantik sekali,
“Yok makan, aku udah laper banget”
aku tertawa dalam hati,
pinter banget cari alasan, pikirku.

makanan datang: ayam panggang, pecel lele, dan es cincau pesanannya.
ternyata rasanya tidak sesuai dengan suasana yang disajikan di situ.
dia langsung tanggap,
“ya udah to, anggep aja kita bayar sewa tempat buat ngobrol, hahaha”

dalam hati aku mengiyakan, “the price is really worth the place, but not the food” ๐Ÿ™‚

ponsel di dalam tasnya berdering,
“tolong, jangan angkat itu”, kataku,
dia tersenyum, mengangguk pelan,
tangannya menyibukkan diri mengaduk-aduk es cincau pesanannya,
ponselnya kembali berdering, berkali-kali,
pandangan matanya terlihat agak gelisah,

aku menggeser dudukku, mendekatkan badanku ke dia, berusaha melindungi dia dari angin perbukitan yang dingin menusuk,

aku tetap diam, memalingkan pandangan ke pasangan di gasibo sebelah, mbak-mbak sama pacarnya yang berbincang dengan sangat cerewet

dia menggeser duduknya,
dia menempelkan pipinya di pundak belakangku,
lama..

aku melihat wajahnya di bawah sinar lampu gasibu jingga,
pantulan terbiaskan dalam rupa yang meneduhkan, luar biasa.

“Iya, aku bisa ngerti koq..ย  ”

aku berdiri, berjalan ke kasir yang dipenuhi pelayan-pelayan yang sedang seru nonton bola, perlu ku tegur berkali-kali, sampai dia menghitung kembalian dengan benar,

dia menunggu di ujung pagar, merapatkan jaket hitamku,

menatap kerlip lampu kota bandung yang mampu membius setiap orang untuk diam berjam-jam mengagumi itu semua.

Aku nyalakan sebatang rokok, berdiri berdua dalam diam yang menyejukkan.

“Aku ga akan cuci baju ah seminggu ke depan ah, biar wangi baju kamu tetep nempel terus di bajuku” Katanya sambil melingkarkan tangannya di lenganku.

aku dan dia berjalan,
aku lihat ke langit malam ini,
awan berarak berlomba menyembunyikan bulan dalam pelukan
sebentar tiba-tiba bulan muncul memperlihatkan sinarnya yang rupawan,
aku tersenyum,
kugenggam tangannya, lebih erat

“Yuk, aku antar kamu pulang”

[Movie review] The Bucket List

bucket-3

Setelah kemarin bahas beberapa film romantis, mari kita sekarang membahas film ringan yang satu ini : The Bucket List. Waktu pertama saya melihat poster / cover film ini, kesan yang pertama adalah : ini kayanya film yang membosankan. Tapi karena melihat 2 nama besar sebagai aktornya, saya agak tertarik, Jack Nicholson (Pemeran Joker diย  Batman lama) dan Morgan Freeman, dua bintang veteran yang sekarang sudah lumayan berumur, tapi masih bersinar.

Tapi begitu nonton, sejak menit-menit pertama saya langsung tertarik karena film ini sangat mengalir dan akting bintangnya yang mempesona. Carter (Morgan Freeman) adalah seorang montir yang divonis menderita kanker sehingga harus dirawat di rumah sakit. Sedangkan Edward (Jack) adalah seorang pengusaha yang sangat kaya dan sekaligus pemilik rumah sakit tempat Carter dirawat. Tapi ternyata Edward juga menderita kanker, sehingga harus dirawat di rumah sakit miliknya sendiri, sekamar dengan Carter.

Terciptalah sebuah suasana yang aneh, dimana Carter adalah seorang bapak yang sangat sederhana, sayang keluara, dengan Edward yang sangat kaya dan flamboyan. Setelah hasil pemeriksaan keluar, baru diketahui bahwa penyakit mereka berdua sudah sangat parah, dan umur mereka tinggal beberapa bulan lagi. Dari situlah mereka sepakat untuk berserah, dan memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan mengejar hal-hal yang belum pernah kesampaian sepanjang hidup mereka. Daftar mimpi mereka itu dituliskan dalam secarik kertas : bucket list.

bucket-2

Isi daftar keinginan itu aneh-aneh, dan kadang lucu. Seperti ingin skydiving, drag racing, ingin mencium wanita tercantik di dunia, dan lain lain. Dan keinginan itu dapat terpenuhi karena Edward memang kaya luar biasa. Jadilah mereka berdua berkeliling dunia untuk mengejar mimpi-mimpi mereka berdua yang belum kesampaian.

bucket1

Ide cerita film ini sebenarnya sangat sederhana. Tapi yang menarik adalah karya penulis brilian Rob Reiner (When Harry met Sally), yang mampu mengemas film ini sehingga alurnya menjadi sangat ringan dan menarik untuk diikuti. Akting dua bintang kawakan Jack dan Freeman pun juga terlihat sangat menarik di sini, karena chemistry karakter mereka berdua di film ini sangat kuat. Film ini juga dibumbui oleh humor-humor segar, dimana dua pria tua yang umurnya tinggal beberapa bulan lagi, masih sok gaya mengejar mimpi mereka yang tertinggal. Menyentuh, tapi dengan ending yang memuaskan.

Film ini cocok untuk ditonton bersama keluarga, sahabat, atau kekasih anda saat anda menginginkan tontonan yang ringan dengan pesan moral yang baik.

Enjoy…

Lelah..

dog-tired

Sebuah pesan singkat aku tulis, “Nonton Twillight yu, film bagus loh itu!”. Beberapa jam kemudian sebuah balasan datang, “Wah, iya Aan, aku mau banget nonton itu. Besok pagi aku ke tempatmu, aku pengen maen, sama pengen sarapan bareng ditempatmu”. Aku tersenyum, seorang sahabat lama, yang sempat tinggal dihatiku, lama.

Malam itu,ย  jam 22.00. Di kantor aku sudah mulai gelisah, pengen pulang, biar besok bisa bangun pagi, beres2 rumah, biar besok pas sahabat datang, rumahku udah ngga kaya kapal pecah.

Paginya, aku bangun jam 06.00 tepat. Beres rumah, sapu2, membuat biar semuanya nampak menyenangkan. Aku udah beli indomie goreng instan, lengkap dengan telur, karena kemarin dia bilang lagi pengen banget makan indomie goreng pake telor. Tiba-tiba sebuah pesan singkat datang, “Aan, aku berangkat nanti jam 8. Tar sore kalo udah beres aku kabari lagi”. Hmmm, ada yang janggal, koq nanti sore? Ya sudahlah, aku lanjutkan beres-beres dengan hati senang. Seorang sahabat istimewa akan datang.

Jam 09.00, aku mulai bertanya-tanya, koq belum datang juga? Aku kirimkan pesan, bertanya. Jawabnya singkat, “Aku ngurus sesuatu dulu di cipaganti dulu, nanti aku sms lagi”.

Jam demi jam berlalu…

Aku menunggu…

Setiap panggilan telponku masuk, tapi tak terjawab.

Hari itu aku sama sekali tidak keluar rumah, menunggu, siapa tahu tiba2 sahabat itu muncul di depan rumah, aku harus siap menyambutnya.

Jam 17.00. Aku gelisah. Ada apa ini? Aku kirim pesan, “Aku ada perlu di kantor, tar langsung kesana aja. Aku tunggu. Aku kangen kamu.” Singkat, jelas. Aku tidak menutup-nutupi lagi.

Waktu terus berlalu, tetap tidak ada jawaban.

Jam 19.00. Sebuah pesan singkat masuk, “Aan…” Jawabku, “Ya, kamu dimana? Aku tunggu kamu di kantor ya, tar langsung ke sini aja, nanti aku antar kamu pulang”

Jawaban, “Maap Aan, aku ngga bisa, aku tadi seharian ngurus undangan. Bulan april sudah dekat.”

“Oh, ok. Kalo gitu kamu pulang aja dulu, istirahat.

Aku juga,

lelah….”

[Game Review] FF-VII Dirge of Cerberus

cerberus-cd-cover1

Overview

Game ini adalah sekuel dari FF-VII yang ada di PS 1. Mengambil tokoh utama yaitu Vincent Valentine, seorang gunner. Untuk para penggemar final fantasy saga, pasti sudah tidak asing lagi dengan tokoh ini, karena dia adalah secret character di FF-VII. Game ini mengambil setting waktu 1 tahun setelah film FF-VII Advent Children(film ini settingnya 2 taun setelah game), dimana saat itu shinra sudah tinggal puing-puing setelah Jenova battle. Yah, seperti itulah, detailnya para penggemar FF VII pasti udah tau.

Dirge of cerberus adalah salah satu karya Tetsuya Nomura, yang juga menggarap game aslinya, dan film Advent Children. Jadi semua tokoh yang ada di sini mempunyai detil yang sama persis dengan Advent Children. Pasti belum lupa kan, gimana indahnya detil karakter di film itu, Cloud Strife, Tifa Lockheart, Barret, Yuffie, Cid, Red XIII, sama caith sith. Potongan-potongan movie di film ini dibuat dengan engine yang sama dengan Advent children, jadi gambarnya juga sebagus di film itu.

924449_20060808_screen0171

924449_20060808_screen0191

Gameplay

gameplay2

Game ini dimainkan secara FPS (First Person Shooting). Ya iyalah, jelas2 senjata Vincent itu pistol. Ada 3 jenis pistol yang bisa dipakai Vincent di game ini + 1 ultimate gun. Setiap pistol bisa diupgrade dan dimodifikasi sesuai keinginan kita, karena pistolnya bisa dipisah2 tiap komponen. Jadi bisa upgrade revolvernya, equipment, scope. Karena ini sekuel FF VII, pasti nggak ketinggalan : Materia. Kita bisa menambahkan elemen materia ke dalam pistol untuk magic casting.

Control untuk game ini relatif mudah, apalagi bagi para penggemar game FPS. Untuk yang belum terbiasa pun bisa dibantu dengan auto-precission, karena crosshairnya lumayan gede. Game ini punya banyak banget potongan cerita, jadi memuaskan bagi gamer yang suka sama game bercerita detail. Tapi event2nya juga bisa di skip kalo lebih pengin ngejar gameplay.

Result

Kemarin gw ambil difficulty easy, karena ngejar cerita :p. Jadi gw tadi siang bisa gw tamatin dalam waktu 13 jam. Lumayan singkat. Tapi gw puas banget, karena bisa maen versi lain dari Final Fantasy, yaitu versi action. Trus ceritanya juga bagus. Score : 8,3

credits : Tante Iis yang sudah berbaik hati meminjamkan DVD gamenya ke awa ๐Ÿ™‚

Tunggu bentar yaa . .

waiting

Gw udah lama ga bahas ginian, sekali2 flashback ah, mumpung status masih “single” baik secara de jure maupun de facto :).

Ada fenomena yang menarik yang bisa gw amati dengan beberapa wanita yang ada di sekitar gw. Ups, tunggu dulu, sebelum melangkah terlalu jauh, gw tekankan dulu di sini, ini cuma opini pribadi gw, kalo ada ketidaksesuaian ato malah ‘pas’ dengan aslinya, mohon dipermaafken.

Fenomena ini adalah saat dimana cewe bilang : “Tunggu bentar ya . .” Ini biasa terjadi pas gw lagi ngajak seorang cewe pergi, entah cuma ngajak sarapan, jalan2, dinner, ato apalah, pokoke pergi dari rumah lah. Tahukah kalian wahai para wanita, bahwa cowok itu biasanya mengartikan ‘bentar‘ itu dengan 5-10 menit lah. Tapi kejadian di lapangan, ‘bentar’ itu kadang bisa berubah menjadi 1 jam, 2 jam, ato bahkan rekor gw menunggu : 3 jam!!

Alasan yang diungkapkan biasanya sama : “Sorry, tadi siap2 dulu . .”. Iya se, biasanya itu semua akan terbayar saat ketemu, dan ngeliat penampilan si dia yang WOW! Gw dulu ga pernah nyesel nungguin mantan gw siap2 :). Tapi, tahukan kalian wahai para wanita, bahwa bagi kami, menunggu itu adalah pekerjaan yang sangat mengesalkan.

Kadang gw pengen ngajak cewe gw buat makan siang, ato makan malem, dan niat itu tu munculnya tiba2. Misal gw lagi balik dari kantor, laper, pengen makan, pasti ingetnya “ah, pengen makan sama cewe gw ah”. Pas ditelpun jawabnya seh “Ok, yu aku temeni makan, tapi bentar ya, aku mandi dulu”. Kejadian sesungguhnya : Gw pulang, sampe rumah, sempet nonton knight rider dulu 3 episode (3×45 menit – -” ), trus akhirnya gw mandi dulu.

Pas akhirnya di miscal, gw turun, ternyata beliaunya udah nunggu dengan dandanan siap pergi, padahal niatnya cuma pengen ngajak makan nasi goreng depan kosan :)). Yah, it was sweet though :). Akhirnya gw ga tega, trus kita jadinya pergi ke Suis Butcher, kasian dandannya, ahahaha.

Gw jadi kadang bingung, pengen ngajak makan bareng, ato pengen minta ditemenin ke BEC ato gimana, tapi kalo ngitung estimasi waktu ‘nunggu’nya itu, kayanya gw udah keburu selesai duluan de. Jadi mending gw selesaiin sendiri, baru kalo pengen pergi berdua, kasi tau dulu seminggu sebelumnya (berlebihan deng . .).

Bahkan fenomena ini ga cuma terjadi ama cewe gw. Gw pernah ngajak makan temen gw, cuma pengen makan nasi padang. Pas itu gw udah lapar mampus karena belum makan siang, dan itu udah jam 5 sore. Rencana gw : gw pulang kantor, jam 5, dia juga udah selesai ngantor jam segitu, gw jemput, kita langsung makan. Ternyata kejadian di lapangan, ada sms : “bro, gw pulang dulu ke kosan de, mau ganti baju dulu”. – -”

Mbak-mbak, sebenernya tanpa mbak harus ganti baju dulu lah, mandi dulu lah, dandan dulu lah, dengan kehadiranmu di deket aku, itu udah SANGAT cukup. Kalo mau bikin acara apa2, harus nunggu 1-2 jam dulu, kadang itu udah bikin males dulu. So, be wise ya ๐Ÿ™‚

[Movie Review] Defitely Maybe (2008)

Salah satu film yang berkesan buat gw : Definitely Maybe. Film ini diawali dengan percakapan antara seorang ayah dengan putrinya, Maya (Abigael Breslin). Gadis kecil itu dihadapkan dengan sebuah konflik dimana ayah ibunya akan bercerai. Karena itu, Maya ingin tahu, bagaimana kehidupan ayahnya, William Hayes (Ryan Reynolds) sebelum menikah, dan bagaimana ayahnya bertemu dengan ibunya.

Cerita pun berjalan mundur, ke waktu dimana Hayes masih muda. Pertama dia punya pacar Emily (Elizabeth Banks), mereka berdua sudah mulai mapan, sampai akhirnya Hayes harus pergi ke kota untuk menjadi tim kampanye. Di kota Hayes dikenalkan oleh Emily ke salah satu temannya, Summer (Rachel Weisz, damn! cantik banget!). Rachel adalah seorang journalist, smart, cantik, dan menarik. Dan di lingkungan kerjanya, Hayes juga berkenalan dengan seorang gadis tukang fotocopy bernama April (Isla Fisher). Cara kenalannya lucu, bertaruh rokok siapa yang paling tahan lama, hahaha.

Sepanjang film, kita akan berada di posisi Maya, si gadis kecil. Yang terus menebak, siapa di antara wanita di cerita ayahnya yang akan menjadi ibunya. Nama ketiga wanita itu disamarkan, tapi kita senantiasa diberi clue-clue yang membuat kita penasaran. Bersama Maya, kita ikut membuat check list, wanita mana yang paling sesuai untuk jadi ibunya. Apakah Emily, cinta pertama, April yang kekanak-kanakan, ataukan Summer yang cantik, smart dan dewasa.

Ada beberapa hal yang menarik di film ini. Yang paling terlihat adalah acting pemainnya yang sangat bagus, serta chemistry yang sangat kuat di antara mereka. Terutama hubungan ayah dan anak yang diperankan dengan sangat apikoleh Hayes (Ryan) dan Maya (Abi). Relasi antara Hayes dan wanita-wanita yang singgah di hidupnya juga digambarkan dengan sangat apik oleh sang sutradara, Adam Brooks. Pertemuan demi pertemuan dibuat menjadi sangat alami, menarik, tidak dibuat-buat. Sepanjang film kita akan selalu dibuat menebak-nebak, apakah ini si Ibu yang dimaksud? Dan kita baru akan tahu jawabannya di akhir film.Semua cerita di film ini diracik dengan baik, dan menggelitik. Alurnya berjalan dengan ringan, sehingga kita bisa mengikuti film ini tanpa harus mengerutkan kening.

Satu hal yang membuat film ini istimewa untuk saya. Yaitu endingnya. Saat anda sudah bisa berkata : “Wah, filmnya baguuuss”, ternyata belum selesai sampai disitu. Penonton masih disuguhi dengan sebuah perjalanan singkat, yang menghubungkan semua relasi yang ada di film itu. Bagian inilah yang membedakan film ini dengan film-film drama lainnya.

Sebuah film yang pantas untuk ditonton dengan kekasih anda di akhir pekan, ato ditonton sendiri, dan anda akan tersenyum simpul di akhir film itu.

ps : susah banget gw nulisnya, tanpa berusaha ngasih spoiler – -“